Surat Seorang Ayah untuk putranya - Sang Pengejar Angin

Breaking

Monday, December 5, 2011

Surat Seorang Ayah untuk putranya




Douglas MacArthur dilahirkan di Little Rock, Arkansas pada 1880 ketika orangtuanya ditugaskan di sana. Ayahnya adalah letnan jenderal Arthur MacArthur, Jr, penerima Medal of Honor dan ibunya Mary Pinkney Hardy MacArthur dari Norfolk, Virginia. Douglas MacArthur adalah cucu dari politikus Arthur MacArthur, Sr. Douglas MacArthur adalah seorang jenderal Amerika Serikat dan Field Marshal angkatan bersenjata Filipina. Ia adalah Kepala Staf Angkatan Darat AS pada tahun 1930-an dan kemudian berperan penting dalam Perang Dunia II. Ia ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945, dan kemudian menerima penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 2 September 1945. MacArthur mengurus pendudukan Jepang dari 1945 sampai 1951 dan dianggap berjasa menerapkan berbagai perubahan demokratis. Ia memimpin tentara PBB di Korea dari 1950–1951 melawan invasi Korea Utara. MacArthur dicabut dari jabatan pemimpin oleh presiden Harry S. Truman pada April 1951 karena menentang kebijakan Truman dalam Perang Korea di depan umum. MacArthur bertempur dalam tiga perang besar, Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Korea.

Surat Douglas MacArthur Kepada Putranya
                             Karikatur Jendral Douglas MacArthur    


Ketika sedang memimpin pasukan Amerika Serikat di tengah Perang Dunia II yang berkacamuk di Pasifik, Jenderal Douglas MacArthur sempat menuliskan sebuah surat kepada putranya, Arthur IV.

’’Bentuklah putraku Tuhan, menjadi seseorang yang cukup kuat untuk tahu kapan ia sedang lemah dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri ketika dia takut. Seseorang yang tetap bangga dan tegar ketika dikalahkan dalam perang, serta rendah hati ketika menang.
            Bentuklah putraku menjadi manusia yang tidak hanya berharap, tetapi juga berbuat. Seseorang putra yang akan mengenal Engkau dan menyadari bahwa mengenal dirinya sendiri adalah dasar dari pengetahuan. Tuntunlah dia, pintaku, bukan di jalan kemudahan dan kenyamanan, tetapi di bawah tekanan kesulitan dan tantangan. Biarkan dia belajar untuk berdiri tegar di tengah badai. Biarkan dia belajar belas kasih kepada mereka yang gagal.
            Bentuklah putraku menjadi seseorang yang hatinya bersih, yang cita-citanya sangat tinggi, seorang putra yang akan menguasai dirinya sendiri sebelum ia berusaha untuk memimpin orang lain. Seseorang yang akan meraih masa depan, tetapi tak pernah melupakan masa lalu. Dan semua ini ada padanya, pintaku, berikan ia rasa humor sehingga ia dapat tetap serius, tapi tidak pernah membawakandirinya terlalu serius. Beri dia kerendahan hati sehingga ia selalu ingat kesederhanaan dari kemuliaan sejati. Pikiran terbuka terhadap kebijaksanaan sejati dan kelemahlembutan dari kekuatan sejati. Lalu aku, ayahnya, akan berani berkata, ’’Hidupku tidak sia-sia!’’
            
      Sebuah pesan yang disampaikan seorang jenderal kepada putranya agar menjadi seorang manusia yang bermamfaat bagi sesamanya. Sudahkah anda menyiapkan pesan terdashyat untuk pewaris anda?




No comments:

Post a Comment